Perang singkat namun intens antara Israel dan Iran mengguncang kawasan Timur Tengah dan dunia. Meski dikenal sebagai kekuatan militer unggul di kawasan, Israel justru mengalami kemunduran serius dalam konflik ini. Banyak analis menilai bahwa kekalahan ini berakar pada lima faktor utama yang saling berkaitan.

Pertama, Iran memanfaatkan keunggulan strategis wilayah. Dengan mengandalkan jaringan aliansi regional seperti Hizbullah dan milisi di Irak dan Suriah, Iran menyerang dari berbagai arah, yang membuat Israel kewalahan membagi kekuatan.

Kedua, sistem pertahanan udara Israel seperti Iron Dome mengalami kejenuhan. Iran meluncurkan serangan rudal secara serentak dan masif, yang membuat sistem pertahanan tak mampu mengatasi semua ancaman sekaligus.

Ketiga, Israel menghadapi serangan siber skala besar. Iran dan sekutunya menargetkan infrastruktur vital, termasuk jaringan listrik dan komunikasi. Serangan ini melemahkan koordinasi militer dan memicu kepanikan di kalangan sipil.

Keempat, perpecahan internal di Israel memperburuk respons pemerintah. Demonstrasi politik dan krisis kepercayaan terhadap kepemimpinan menghambat pengambilan keputusan cepat dalam situasi darurat.

Kelima, Iran memainkan narasi global dengan cerdik. Melalui diplomasi dan media, Iran mendulang simpati dari negara-negara netral dan menekan dukungan internasional terhadap Israel slot spaceman.

Kelima faktor ini secara kolektif menggerus dominasi Israel di medan perang. Konflik ini membuktikan bahwa keunggulan militer saja tidak cukup tanpa kesiapan strategi multidimensi. Israel kini harus mengevaluasi ulang pendekatannya, jika ingin kembali stabil di kawasan.

By admin