requiemforwilliamsburg.com -Israel melakukan serangan udara yang menewaskan komandan militer Hizbullah di Beirut, Lebanon pada Jumat (20/9/2024).
Hizbullah telah mengonfirmasi bahwa Ibrahim Aqil adalah salah satu tokoh senior mereka yang tewas dalam serangan Israel, setelah negara tersebut menyatakan hal yang sama.
Kisah viral baru-baru ini tentang seorang ayah yang memasang kamera pengintai di kepala putrinya akhirnya mengungkap alasan di balik tindakannya.
Ini semakin mempertinggi eskalasi kedua belah pihak dan membuat keduanya siap untuk terlibat dalam perang yang tak terhindarkan.
Sejauh ini, pejabat Lebanon melaporkan bahwa minimal 14 penduduk tewas dan banyak lainnya mengalami luka-luka akibat serangan yang menargetkan area Dahieh.
Itu adalah salah satu benteng Hizbullah yang terletak di luar kota selatan Lebanon.
Merujuk pada laporan BBC Internasional, kerusuhan itu terjadi saat tim penyelamat mencapai tempat insiden.
Mereka memberikan bantuan kepada orang-orang yang terluka dan melakukan pencarian di bawah reruntuhan untuk mencari korban yang terperangkap.
Minimal satu bangunan apartemen telah mengalami kerusakan total, sementara yang lainnya mengalami kerusakan berat.
Anggota Hizbullah menutup jalan, yang diyakini sebagai pukulan berikutnya dalam satu minggu, setelah pager dan walkie-talkie milisi meledak dan mengakibatkan banyak korban jiwa.
Jumat lalu, Beirut diguncang oleh serangan yang menjadi yang pertama sejak Juli.
Pada saat yang sama, komandan Hizbullah lainnya, Fuda Shukr, terbunuh.
Ketika ditanya tentang serangan yang terjadi pada hari Jumat, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari memberikan keterangan bahwa komandan pasukan elit Hizbullah bernama Aqil, atau lebih dikenal sebagai Radwan, telah tewas dalam insiden tersebut.
Ia mengumumkan bahwa Aqil meninggal bersama beberapa anggota senior operasi Hizbullah dan juga komandan Radwan lainnya.
“Mereka berkumpul di bawah tanah di bawah gedung berpenduduk di jantung lingkungan Dahiyah, bersembunyi di antara warga sipil Lebanon, menggunakan mereka sebagai tameng manusia,” katanya.
Hagari menjelaskan bahwa para korban tewas merupakan target dari aksi serangan yang dikenal sebagai “Conquer the Galilee”. Rencana ini dimaksudkan untuk memungkinkan pasukan Hizbullah masuk ke wilayah Israel dan melakukan pembunuhan terhadap warga sipil yang tidak bersalah.
Pada tahun 2018, militer Israel melaporkan rencana mereka untuk memblokade terowongan yang digali oleh Hizbullah, dengan tujuan mencegah mereka masuk ke wilayah Israel dan melakukan penculikan serta pembunuhan warga sipil.
Aqil menjadi incaran Amerika Serikat (AS) setelah Washington menawarkan hadiah untuk informasi yang dapat memungkinkan identifikasi, lokasi, penangkapan, dan pendakwaannya pada bulan April lalu.
Iran telah menyerang Israel dengan menggunakan ledakan peralatan komunikasi di Lebanon yang menyebabkan banyak korban jiwa.
AS diinginkan karena diduga memiliki kedekatan dan pengalaman di dalam Hizbullah, kelompok yang dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh sejumlah negara, termasuk Israel, Inggris, dan sekutunya.
Aqil sendiri pada era 1980-an disinyalir sebagai salah satu anggota kelompok yang melakukan serangan bom terhadap kedutaan besar AS dan barak marinir di Beirut, menyebabkan kematian ratusan orang.
Hizbullah menegaskan kematian Aqil di media sosial dan menggambarkannya sebagai seorang pejuang jihad yang luar biasa.